Jenis dan karakteristik bahan bangunan batu dan beton
A. Menyiapkan
Lokasi dan Material Pasangan Batu
1. Lokasi
Hal-hal
yang perlu disiapkan di lokasi pekerjaan pasangan batu adalah;
a. Di
dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah yang akan
menghambat jalannya pekerjaan selalu
dilakukan pada awal pekerjaan. Pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan tenaga
yang besar kecuali pekerjaannya memang besar yang akan dibahas secara
tersendiri karena menyangkut penggunaan alat berat seperti buldozer, back hoe
dan lain-lain.
b.Memindahkan
benda yang akan menghambat proses pekerjaan. Pekerjaan memindahkan sering
dilakukan menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Kalau kondisi lapangan pekerjaan
lahan baru, biasanya ada pohon yang perlu ditebang. Kondisi lapangan bangunan
lama juga perlu pembongkaran dan pengamanan alat dan bahan yang masih terpakai,
barang tersebut diinventaris dan diletakkan pada ruangan yang aman.
c.
Membuat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dantersedianya air.
Untuk sarana kebersihan disediakan tempat tersendiri sesuai dengan macam sampah
yang dibuang. Pemasangan lampu bisa menyesuaikan dengan kondisi lapangan,
andaikan dekat dengan rumah tinggal, bisa langsung menyambung dengan rumah
terdekat. Bila jauh bisa menghubungi PLN dan bila tidak maka bisa menggunakan
tenaga disel atau lainnya. Kebutuhan air biasanya dengan cara pemboran/membuat
sumur atau memasang ledeng.
2.
Material
Material yang perlu disiapkan dalam pasangan
batu meliputi peralatan dan bahan. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
dalam pasangan batu perlu dipersiapkan dekat
dengan tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Material yang sangat penting
dipersiapkan di dekat lokasi kerja biasanya adalah: a. Batu pecah/kali b.
Peralatan pengukuran (water pass/selang plastik, patok dan papan,
meteran)
c. Peralatan kerja (sendok spesi, cangkul, palu) d. Bahan adukan (pasir
dan
semen), dan e. Tempat membuat adukan/spesi
B. Melakukan
Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan
Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk
mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang
telah disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan
sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa
garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang diperoleh
dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran.
Pekerjaan
pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena
hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran
dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh
ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.
- Membuat Bidang Datar
Untuk membaut bidang datar ("waterpas")
pada pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar dan
luas dapdigunakan pesawat waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran
kecil seperti rumah tinggal, cukup menggunakan alat bantusederhana berupa
selang plastik yang diisi dengan air hingga duapermukaan air dalam selang
plastik membentuk bidang datar.
Untuk bangunan yang berukuran kecil,
alat penyipat datar sederhana berupa selang plastik yang diisi air hasilnya
cukup akurat, namun untuk bangunan yang berukuran besar, alat bantu tersebut
kurang akurat hasilnya. Hal tersebut disebabkan ukuran panjang selang plastik
yang terbatas, sehingga dapat mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran
kurang akurat.
- Membuat Garis Siku-siku
Untuk membuat garis siku-siku di lapangan
banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil pythagoras, yaitu perbandingan sisi
miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan angka
perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.
Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menarik garis dari titik B
sejajar dengan AC (BD), b. Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),
c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik D,
dan akan membentuk bidang segi empat, d.
Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD, e. Bila jarak diagonal antara
BC dengan AD belum sama panjang, maka
garis yang menghubungkan titik CAB
belum membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak
diagonal BC dengan AD sama panjang.
C. Memasang Papan Duga Pekerjaan Pasangan Batu
Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank)
adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan. Pasangan ini
dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan
dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar.
Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai
dengan perencanaan, pemasangan papan duga harus memenuhi persyaratan: 1.
Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah. 2. Berjarak cukup dari rencana
galian. 3. Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas. 4.
Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan
papan bangunan (bouwplank) yang lain. 5. Letak kedudukan papan bangunan
harus seragam (diusahakan menghadap ke dalam bangunan). Untuk bangunan besar
dan banyak terdapat ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi
seluruh area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil,
pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau pertemuan bangunan.
Titik-titik pada papan bangunan yang
menunjukkan dinding tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi
untuk menarik benang sebagai sumbu tembok. Untuk menghindarkan kesalahan yang
disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku
diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank harus
diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang
waterpas). Bidang atas papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ± 0,00
sebagai duga lantai. Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku,
karena hal tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding.
Sambungan
papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu patok, sehingga jarak patok harus
memperhitungkan terhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagai
bouwplank. Bila sambungan papan bouwplank terletak di antara patok, maka
sambungan papan harus menggunakan klem.
1. Tanamkan secara
dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan tarikan benang (garis BA)
sebagai dasar pengukuran bangunan.
2. Pancangkan deretan patok-patok menurut
kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis BA dengan menggunakan
perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).
3. Dengan cara yang sama, pancangkan deretan
patok-pa-tok menurut garis EF dan GH.
4. Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya
titik duga ± 0,00 dengan membuat bidang datar pada setiap patok.
5. Pasang bouwplank dengan berpedoman pada
titik duga tersebut. 6. Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada
papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan beri tanda dengan cat atau meni.
MEMASANG PONDASI DAN
DINDING
- Menyiapkan Adukan Mortar/Spesi
Mortar adalah suatu bagian pasangan batu
yang setara dengan pasangan batu itu sendiri. Adukan berfungsi untuk membantali
satuan pasangan batunya, yang mendukungan penuh satu sama lain. Adukan memberi
perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya air dan angin. Adukan
merekatkan satuan-satuan tersebut satu sama lain untuk mengikatnya menjadi
satuan struktural monolitik dan juga penting untuk penampilan dinding pasangan
batu. Jenis adukan yang paling karakteristik terbuat dari semen portland, kapur
hidrasi, agregat (pasir), dan air.
Pasir
harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang terlalu kasar atau
terlalu halus. Semen portland merupakan bahan perekat pada adukan, tetapi
adukan yang terbuat hanya dari semen portland akan "keras" dan tidak
mengalir secara baik pada cetok atau di bawah bata, sehingga kapur ditambahkan
untuk memberikan kelancaran dan daya kerjanya. Kapur diproduksi dengan cara
membakar batu kapur atau cangkang kerang (kalsium karbonat) dalam tungku
untuk menghilangkan karbon dioksida dan menyisakan kapur tohor (kalsium
oksida).
Kapur
tohor ini
kemudian diberi air dengan membiarkannya menyerap air sebanyak yang dapat
dilakukannya, yang menyebabkan pembentukan kalsium hidroksida, yang disebut kapur
padam atau kapur terhidrasi. Proses pengairan, yang melepaskan panas dalam
jumlah yang banyak, biasanya dilakukan di pabrik. Kapur hidrasi ini selanjutnya
dikeringkan, digiling, dan dikemas untuk dikirim. Hingga akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, adukan dibuat tanpa semen portland, dan kapur itu sendirilah
yang menjadi bahan perekatnya; adukan ini mengeras dengan cara menyerap karbon
dioksida dari udara untuk menjadi kalsium karbonat, sebuah proses yang sangat
lambat dan tidak merata.
Untuk
mencapai suatu daya kerja yang ekivalen dengan adukan semen portland-kapur,
adukan semen pasangan batu diformulasi dengan campuran tambahan yang menaikkan
udara yang menghasilkan kandungan udara tinggi pada adukan matangnya. Hal ini
akan mengurangi kekuatan rekat antara adukan dan satuan pasangan-batu ingá
kira-kira setengah dari kekuatan adulan konvensional, yang berarti bahwa
kekuatan lentur dan geser dinding tersebut berkurang dan dindingnya lebih dapat
diresapi oleh air. Oleh karena itu hanya adukan semen-kapur konvensional yang
harus ditentukan untuk pekerjaan pasangan batu yang membutuhkan kekuatan tinggi
dan permeabilitas rendah. Agar mudah,
semen adukan yang terdiri atas semen portland pracampur dan kapur dengan
udara yang terbatas, dapat digunakan dalam membuat adukan semen-kapur.
Semen merah adalah hasil penghancuran bata,
genting dan bahan bakaran lempung lainnya hingga menjadi tepung, semen merah
merupakan bahan tambah hidrolik, semen merah juga merupakan sisasisa berasal
dari bata yang mengalami kerusakan, bata yang pecahpecah dihancurkan dan diayak
untuk dijadikan semen merah.
Pasir
merupakan bahan adukan, merupakan bahan batubatuan dengan ukuran kecil (0,15 mm
- 5 mm), syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut :
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara
0,15 mm - 5 mm.
2. Harus keras,berbentuk tajam, dan tidak
mudah hancur oleh pengaruh perubahan iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5%:
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka
harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organik,
garam, minyak dan sebagainya.
6. Pasir laut tidak boleh dijadikan bahan
bangunan kecuali bila telah diadakan
penelitian dan petunjuk dari ahli bangunan.
B. Memasang Pondasi Batu Belah
Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang
sangat vital,berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya.
Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung sangat tergantung dari
konstruksi pondasi. Konstruksi pondasi suatu bangunan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: 1. Bentuk dan
konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang
kokoh dan kuat untuk mendukung beban
bangunan di atasnya.
2. Pondasi harus dibuat dari bahan yang
tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului
kerusakan bagian bangunan di atasnya.
3. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh
keadaan di luar pondasi, seperti keadaan air tanah dan lain-lain.
4. Pondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup
keras sehingga kedudukan
pondasi tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah
(turun) atau terguling.
Menurut jenisnya, pondasi
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pondasi langsung dan pondasi tak
langsung. Pondasi langsung adalah pondasi yang dibuat bila kedalaman lapisan
tanah keras maksimal 1 meter, sedangkan pondasi tak langsung adalah pondasi
yang dibuat bila kedalaman lapisan tanah keras melebihi 1 meter.
- Pondasi Langsung
Konstruksi dari pondasi langsung dapat
berupa pondasi batu belah/kali, pondasi batu bata, pondasi beton bertulang,
pondasi pias, pondasi plat kaki, dan pondasi balok sloof. Lebar dasar pondasi
dibuat lebih besar dari tebal dinding tembok di atasnya, hal tersebut
dimaksudkan untuk memperkecil beban
persatuan luas pada tanah dasar, karena daya dukung tanah dasar pondasi pada umumnya
lebih kecil dari daya dukung pasangan
badan pondasi. Untuk pondasi langsung yang menggunakan bahan batu kali, batu
bata dan beton tumbuk, tampang badan
pondasi membentuk bangun trapesium, hal tersebut dilakukan selain berguna bagi
kestabilan kedudukan pondasi juga untuk efisiensi.
- Pondasi Tak Langsung
Konstruksi pondasi tak langsung digunakan
bila lapisan tanah yang baik/keras terdapat cukup dalam dari permukaan tanah.
Prinsip dasar dari konstruksi pondasi tak langsung adalah dengan
perantaraan konstruksi pondasi tak
langsung tersebut beban bangunan dipindahkan ke lapisan tanah dasar pondasi
yang baik. Pada tanah bangunan di mana lapisan tanah mudah pecah akibat
pengaruh panas sinar matahari dan air sampai cukup dalam dan dan lapisan tanah
yang mempunyai daya dukung besar cukup dalam, bila konstruksi pondasi langsung
dikhawatirkan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan dan tidak efisien. Terdapat
bermacam-macam jenis konstruksi pondasi tak langsung, diantaranya pondasi
umpak, gabungan pondasi plat kaki dan umpak, pondasi sumuran, pondasi tiang
straus, dan pondasi tiang pancang.
Bahasan
selanjutnya difokuskan pada konstruksi pondasi langsung berupa pondasi batu
belah. Hal tersebut dilakukan mengingat konstruksi pondasi langsung dengan
bahan batu belah amat dominan digunakan di lapangan.
- Memasang Pondasi Batu Belah
Batu belahi merupakan bahan konstruksi
pondasi yang paling banyak digunakan, karena batu belah yang umumnya didapatkan
dari batu kali tidak mengalami perubahan bentuk dan kualitas bila tertanam di dalam tanah.
Persyaratan batu belah sebagai bahan
konstruksi pondasi adalah batu tersebut mempunyai permukaan yang kasar,
berukuran ± 25 cm, bersih dari segala
kotoran. Batu belah yang permukaannya halus kurang baik dipakai sebagai bahan
pondasi, sehingga harus dipecah terlebih dahulu agar didapatkatkan permukaan
yang kasar. Demikian juga dengan batu belah yang berpori sebaiknya tidak
digunakan untuk bahan konstruksi pondasi. Permukaan batu yang kasar akan
membuat ikatan yang kokoh.
Pada
umumnya tampang lintang dari badan pondasi batu belah berbentuk trapesium
dengan lebar sisi bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan susunan
batu yang kokoh. Sebelum dipasang, batu
belah harus disiram air terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyak
mengandung air, maka sebelum pondasi dipasang harus disusun terlebih dahulu
pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-rongganya.
Bila kondisi lapisan tanah
banyak mengandung air, maka sebelum badan pondasi dipasang terlebih dahulu
disusun pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-rongganya. Susunan
batu kosong tersebut dinamakan aanstamping, yang berfungsi
sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan
pondasi.
Gambar
IV-4, Susunan Pasangan Batu Kosong (aanstampang)
Sifat dan Karakteristik
Beton sebagai Material Struktur Bangunan
- Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan ( f’c)
merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton
untuk menerima gaya tekan per satuan luas, dan dinyatakan dengan Mpa atau N/mm2. Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik
yang sangat kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton
tersebut. Penentuan kuat tekan dapat dilakukan dengan alat uji tekan dan benda
uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 pada umum benda uji 28
hari.
Kuat tekan beton ditetapkan
oleh perencana struktur (dengan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton, Berdasarkan SNI 03-2847-2002, beton harus dirancang
sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan sesuai dengan aturan-aturan dalam
tata cara tersebut dan tidak boleh kurang daripada 17,5 Mpa.
- Kemudahan Pengerjaan
Kemudahan pengerjaan beton juga
merupakan karakteristik utama yang juga dipertimbangkan sebagai material struktur
bangunan. Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan
yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di
lapangan karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi percuma.
Secara garis besar pengerjaan beton mengikuti diagram alir seperti pada Gambar
7.3.
- Rangkak dan Susut
Setelah beton mengeras, maka
beton akan mengalami pembebanan. Pada kondisi ini maka terbentuk suatu hubungan
tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton akan
menunjukan sifat elastisitas murni jika mengalami waktu pembebanan singkat,
jika tidak maka beton akan mengalami regangan dan tegangan sesuai lama
pembebanannya.
Rangkak (creep) adalah
penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Rangkak
timbul dengan intensitas yang semakin berkurang setelah selang waktu tertentu dan kemudian
berakhir setelah beberapa tahun. Nilai rangkak untuk beton mutu tinggi akan
lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak
mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan
mengakibatkan redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian
mengakibatkan terjadinya lendutan (deflection).
Susut adalah perubahan volume
yang tidak berhubungan dengan beban. Proses susut pada beton akan menimbulkan
deformasi yang umumnya akan bersifat menambah deformasi rangkak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya rangkak dan susut:
·
Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan
semen, kualitas adukan, dan kandungan mineral dalam agregat)
·
Rasio air terhadap jumlah semen
·
suhu pada saat pengerasan
·
Kelembaban nisbi pada saat proses penggunaan
·
Umur beton pada saat beban bekerja
·
Nilai slump
·
Lama pembebanan
·
Nilai tegangan
·
Nilai rasio permukaan komponen struktur
Batu Bata
1.
Aturan Pemasangan
Dengan aturan pemasangan batu merah kita
menghubungkan batu merah masing-masing bersama mortar menjadi suatu kesatuan
yang juga dapat menerima beban. Siar-siar vertikal selalu diusahakan agar tidak
merupakan satu garis, harus bersilang, seperti terlihat pada gambar berikut.
Siar vertikal pada umumnya kita pilih sebesar 1 cm dan siar horisontal setebal
1,5 cm.
Jika
dibedakan pengaturannya, ada beberapa kemungkinan, yaitu :
Cara
pemasangan batu bata adalah: sebelum pemasangan pemasangan perlu dibasahi lebih
dahulu atau direndam sebentar di dalam air. Sesudah lapisan pertama pada lantai
atau pondasi dipasang, maka disiapkan papan mistar yang menentukan tinggi
lapisan masing-masing, sehingga dapat diatur seragam. Kemudian untuk lapisan
kedua dan yang berikutnya pada batu masing-masing diletakkan adukan (mortar)
pada dinding yang sudah didirikan untuk siar yang horisontal dan pada batu
merah yang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertikal. Sekarang batu merah
dipasang menurut tali yang telah dipasang menurut papan mistar sampai batu
merah terpasang rapat dan tepat. Dengan sendok adukan, mortar yang tertekan keluar siar-siar dipotong untuk
digunakan langsung untuk batu merah berikutnya. Pada musim hujan dinding-dinding
pasangan batu merah yang belum kering harus dilindungi terhadap air hujan.
Kualitas batu merah di Indonesia umumnya
kurang baik dan sering kurang keras dan padat, tidak seperti batu merah yang
dibuat di Eropa dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara
pembuatan yang masih sering sangat sederhana. Karena itu, untuk menambah
keawetan terhadap pengaruh-pengaruh iklim, maka terutama dinding batu merah
dengan tebal 11 cm atau 11,5 cm (karena tipisnya dinding terlalu lemah untuk
menahan gaya tekan vertikal dan gaya horisontal atau gaya gempa) diperkuat
dengan rangka yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang setiap luas
tembok 12.00 m2
Kolom
beton bertulang ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan
dinding, dan pada jarak 3,00 m, seperti juga terlihat pada gambar berikut:
2.
Macam
Pasangan Batu Bata
Sistem Konstruksi Beton
Bertulang
Sistem konstruksi beton yang digunakan antara lain:
a)
Slab dan Balok
Di antara semua sistem beton bertulang, yang
paling sederhana adalah slab satu arah konvensional [Gambar 7.6 (a)]. Salah
satu keuntungan sistem ini adalah mudah dalam pelaksanaannya. Sistem dengan
tinggi konstan ini khususnya cocok untuk bentang kecil. Untuk bentang besar,
berat sendiri slab menjadi sangat besar sehingga akan lebih efisien kalau
menggunakan slab ber-rusuk [Gambar 7.6(b)]
Sistem balok satu arah dengan slab satu arah
melintang dapat digunakan untuk bentang yang relatif panjang (khususnya apabila
balok tersebut post-tensioned) dan memikul bentang besar. Sistem demikian
biasanya tinggi. Jarak balok biasanya ditentukan berclasarkan kebutuhan untuk
menumpu slab melintang.
B) Sistem Plat Ber-rusuk Satu Arah
Sistem plat dengan rusuk satu arah adalah
plat berusuk yang dibuat dengan mengecor (menuang) beton pada perancah baja
atau fiberglass berbentuk khusus [lihat gambar 7.6(c)]. Balok melintang dengan
berbagai tinggi dapat dengan mudah dicor di tempat sehingga pada sistem ini
pola denah kolom dapat sangat bervariasi. Balok longtudinal (memanjang) juga
dapat dengan mudah dicor di tempat, yaitu dengan mengatur jarak pan. Plat
ber-rusuk ini dapat mempunyai bentang lebih
besar dibandingkan dengan plat masif, terlebih lagi kalau plat ber-rusuk itu
diberi pasca tegangan (posttensioned). Penumpu vertikal pada sistem ini dapat
berupa kolom-kolom atau dinding bata pernikul beban.
Sistem kolom dan plat ber-rusuk mempunyai
kernampuan besar dalam memikul beban horizontal karena balok membujur maupun
melintang dicor secara monolit dengan sistem lantai. Dengan demikian, aksi
rangka (frame action) akan diperoleh pada kedua arah (tranversal dan
longitudinal).
b)
Konstruksi Plat Datar
Plat datar adalah
sistem slab beton bertulang dua arah bertinggi konstan [lihat Gambar 7.6(d)].
Konstruksi ini cocok digunakan untuk beban atap dan lantai ringan dan bentang
relatif pendek. Sistem demikian banyak digunakan pada konstruksi rumah.
Meskipun sistem demikian lebih cocok digunakan dengan pola kolom teratur, kita
dapat saja membuat pola kolom tidak teratur. Plat datar sering digunakan
apabila ortogonalitas kaku yang disyaratkan pada banyak sistem lain terhadap
pola tumpuan vertikal tidak dikehendaki atau tidak mungkin dilaksanakan.
Tetapi, pada konstruksi ini bentangnya tidak dapat sebesar sistem yang menggunakan
balok maupun yang menggunakan rusuk.
Dengan konstruksi plat datar ini kita dapat
memperoleh jarak plafon ke lantai yang lebih kecil daripada sistem-sistem
lainnya. Pada sistem plat datar ini diperlukan tulangan baja lebih banyak
sebagai akibat tipisnya plat yang digunakan. Faktor desain yang menentukan pada
plat datar umumnya geser pons pada plat di pertemuannya dengan kolom. Dengan
demikian, untuk mengatasinya di daerah ini diperlukan tulangan khusus. Selain
itu, kolom yang terletak di tepi plat biasanya diletakkan agak ke dalam untuk
menjamin bahwa luas kritis pons tetap besar.
Kestabilan lateral untuk keseluruhan susunan
plat dan kolom juga perlu diperhatikan. Karena plat dan kolom dicor secara
monolit, titik hubungnya relatif kaku sehingga memberi kontribusi pada tahanan
lateral struktur, dan hal ini sudah cukup untuk gedung bertingkat rendah. Akan
tetapi, karena tipisnya elemen plat, tahanan ini sangat terbatas. Untuk
struktur bertingkat tinggi, kestabilan terhadap beban lateral baru terpenuhi dengan
menggunakan dinding geser atau elemen inti yang dicor di tempat pada gedung,
yang biasanya terdapat di sekitar elevator (lift) atau di sekitar tangga.
Pada sistem ini, keuntungan lain yang dapat
diperoleh adalah mudahnya membuat perancah. Perilaku planar pada permukaan
bawah juga memudahkan desain dan penempatan komponen gedung lainnya. Sistem ini
sering digunakan pada gedung apartemen dan asrama yang umumnya membutuhkan
ruang fungsi yang tidak besar, tetapi banyak.
c)
Konstruksi Slab Datar
Slab datar adalah sistem beton bertulang dua
arah yang hampir sama dengan plat datar, hanya berbeda dalam hal luas kontak
antar plat dan kolom yang diperbesar dengan menggunakan drop panels dan atau
kepala kolom (column capitals) [lihat Gambar 7.6(e)]. Drop panels atau kepala
kolom itu berfungsi mengurangi kemungkinan terjadinya keruntuhan geser pons.
Sistem demikian khususnya cocok untuk kondisi pembebanan relatif berat
(misalnya untuk gudang), dan cocok untuk bentang yang lebih besar daripada
bentang plat datar. Drop panels dan kepala kolom juga memberikan kontribusi
dalam memperbesar tahanan sistem slab-dan-kolom terhadap beban lateral.
d)
Konstruksi Slab dan Balok Dua Arah
Sistem slab dan balok dua arah terdiri atas
plat dengan balok beton bertulang yang dicor di tempat secara monolit, dan
balok tersebut terdapat di sekeliling plat [lihat Gambar 7.6(f)]. Sistem ini
baik untuk kondisi beban besar dan bentang menengah. Beban terpusat yang besar
juga dapat dipikul apabila bekerja langsung di atas balok. Pada sistem ini selalu
digunakan kolom scbagai penumpu vertikal. Karena balok dan kolom dicor secara
monolit, sistem ini secara alami akan membentuk rangka pada dua arah. Hal ini
sangat meningkatkan kapasitas pikul beban lateral sehingga sistem demikian
banyak digunakan pada gedung bertingkat banyak.
e)
Slab Wafel
Slab wafel (waffle slab) adalah sistem beton
bertulang dua arah bertinggi konstan yang mempunyai rusuk dalam dua arah [lihat
Gambar 7.6(g)]. Rusuk ini dibentuk oleh cetakan khusus yang terbuat dari baja
atau fibreglass. Rongga yang dibentuk oleh rusuk sangat mengurangi berat
sendiri struktur. Untuk situasi bentang besar, slab wafel lebih menguntungkan
dibandingkan dengan plat datar. Slab wafel juga dapat diberi pasca tarik untuk
digunakan pada bentang besar,
Di sekitar kolom, slab biasanva dibiarkan
tetap tebal. Daerah yang kaku ini berfungsi sama dengan drop panels atau kepala
kolom pada slab datar. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya keruntuhan geser
pons akan berkurang, dan kapasitas tahanan momen sistem ini akan meningkat
termasuk pula kapasitas pikul bebannya.
f)
Bentuk Lengkung
Setiap bentuk lengkung tunggal maupun ganda
(silinder, kubah, dan sebagainya) selalu dapat dibuat dari beton bertulang.
Pada umumnya di dalam cangkang beton terdapat jaring tulangan baja. Biasanya
pada lokasi yang mengalami gaya internal besar, tulangan itu semakin banyak.
Pemberian pasca tarik pada umumnya dilakukan untuk elemen-elemen khusus
(misalnya cincin tarik pada kubah).
g)
Elemen Beton Pracetak
Elemen beton pracetak dibuat tidak di lokasi
bangunan, dan harus diangkut ke lokasi apabila akan digunakan. Elemen ini
umumnya berupa elemen yang membentang satu arah, yang pada umumnya diberi
pratarik.
Banyak bentuk penampang melintang yang dapat
dibuat untuk berbagai kondisi bentang dan beban. Elemen ini umumnya digunakan
untuk beban terpusat (pada lantai maupun atap) yang terdistribusi merata dan
tidak untuk beban terpusat atau beban terdistribusi yang sangat besar. Elemen
struktur pracetak ini hampir selalu ditumpu sederhana.
Hubungan yang mampu menahan gaya momen harus
dibuat dengan konstruksi khusus, tetapi hal ini umumnya sulit dilakukan. Dengan
demikian, penggunaan elemen ini sebagai kantilever besar juga sulit. Penggunaan
elemen pracetak akan sangat terasa untuk bagian yang berulang.
h)
Papan Beton Pracetak
Papan beton pracetak berbentang pendek
mempunyai bentang sedikit lebih besar daripada papan kayu. Biasanya di atas
papan beton pracetak ini ada permukaan beton yang dicor di tempat (wearing
surface). Permukaan ini memang biasanya digunakan di atas balok beton bertulang
pracetak atau joist web terbuka. Papan beton bentang besar dapat mempunyai
bentang antara 16 dan 34 ft (5 dan I I m), bergantung pada lebar dan tinggi
eksak elemen. Papan beton bentang besar ini umumnya diberi prategang dan juga
diberi rongga untuk mengurangi berat dirinya. Beton yang dicor di tempat di
atas papan pracetak mempunyai fungsi sebagai penghubung geser antara
elemen-elemen yang dihubungkannya sehingga struktur ini dapat berperilaku
sebagai plat satu arah [lihat Gambar 7.6(h)]. Papan beton umumnya cocok
digunakan untuk memikul beban atap atau beban lantai yang tidak besar. Papan
beton pracetak selalu ditumpu sederhana dan sering kali digunakan bersama
dinding pemikul beban sebagai sistern penumpu vertikalnya (dinding ini harus
terbuat dari bata atau beton, bukan kayu). Papan tersebut juga dapat digunakan
bersama balok beton bertulang maupun balok baja.
i)
Bentuk T Rangkap dan Kanal
Elemen prategang, pracetak, satu arah, yang
ber-rusuk dapat digunakan untuk bentang panjang [Gambar 7.6(i)]. Jenis elemen
ini biasa digunakan untuk beban mati dan hidup pada atap. Di atas elemen ini
biasanya digunakan beton yang dicor di tempat sebagai lantai guna, juga sebagai
penghubung dengan elemen T lain di dekatnya.
j)
Bentuk T Tunggal
Elemen prategang,
pracetak, dan besar yang umumnya mempunyai bentang relatif panjang. Elemen ini
sangat jarang digunakan untuk situasi bentang kecil karena sulitnya
melaksanakan perakitannya. Elemen ini selalu ditumpu sederhana. Elemen ini
dapat digunakan untuk beban yang relatif besar. Sebagai contoh, elemen ini
dapat digunakan untuk garasi dan gedung lain yang mempunyai bentang besar dan
beban yang lebih besar dari beban biasa (Gambar 7.6(j)],
k)
Sistem Gedung Khusus
Kita dapat menyatukan sejumlah sistem yang
secara lengkap membentuk suatu gedung [Gambar 7.6(l)]. Sistem-sistem yang
dirancangsecara khusus untuk konstruksi rumah ini umum dilakukan. Pendekatan
yang digunakan biasanya dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok: (1)
sistem-sistem yang mempunyai elemen planar atau linear (yang tidak diproduksi
di lokasi), seperti dinding atau sistem lain yang membentang secara horisontal
yang kemudian digabungkan di lokasi (biasanya dengan sistem pascatarik)
sehingga membentuk suatu volume; dan (2) sistemsistem yang sudah membentuk
volume di luar lokasi yang kemudian diangkut ke lokasi.
Posting Komentar